Setiap akhir tahun, para analis media sosial meneliti hasil data tahunan terkait penggunaan media sosial dan perilaku para pengguna. Hal ini demi menyimpulkan beberapa prediksi trend marketing media sosial untuk tahun depannya.
Namun tidak semua prediksi terwujud, terutama pada tahun 2020 ini. Sudah banyak kejadian yang tak terduga telah menimpa dunia, dan ini berpengaruh besar terhadap dunia medsos. Sebagai contoh, pandemi COVID-19 telah meningkatkan penggunaan internet karena penduduk-penduduk dalam hampir setiap negara dianjurkan oleh pemerintah setempat agar tetap di rumah.
Dampaknya, konsumsi konten media sosial juga meningkat. Namun kali ini bisnis-bisnis tidak dapat menikmati dampak positif dari strategi pemasaran konten dalam medsos secara langsung. Ini disebabkan oleh karantina wilayah yang memaksa bisnis-bisnis untuk berhenti sejenak.
Lalu apakah prediksi trend marketing media sosial yang telah disimpulkan pada tahun 2019 masih berlaku? Strategi-strategi macam apa yang digunakan oleh para pebisnis dalam kondisi ekonomi luar biasa ini? Apa yang kita dapat pelajari agar dapat mempersiapkan diri untuk sebuah krisis di masa depan?
Bagaimana pandemi covid-19 mempengaruhi trend marketing media sosial?
Sayangnya, pada saat artikel ini ditulis, pandemi virus corona masih menimpa bisnis-bisnis di manapun. Namun ada kabar baik pada bulan Juni dan Juli ini, bahwa bisnis-bisnis yang memenuhi kebutuhan primer dan sekunder (seperti makanan dan retail) sudah mulai membangkitkan kegiatan ekonomi. Di sisi lain, sektor pariwisata dan perhotelan belum bisa sepenuhnya pulih dengan pembatasan penerbangan internasional.
1. Penurunan Pengeluaran Iklan
Pada tahun 2019, telah diprediksi bahwa marketing media sosial secara organik akan semakin sulit karena platform medsos menawarkan lapangan yang seimbang bagi bisnis-bisnis kecil maupun besar untuk berkompetisi. Maka itu jumlah kampanye iklan dalam media sosial diprakirakan untuk meningkat, namun hal ini tidak terwujudkan akibat perlambatan ekonomi sedunia.
Bisnis-bisnis yang paling terancam oleh krisis ini menarik semua anggaran untuk beriklan, meskipun biaya beriklan telah menurun beberapa bulan terakhir. Di sisi lain, adapun bisnis yang beroperasi secara digital seperti developer aplikasi mobile, pelayanan berbasis digital dan jarak jauh, dan juga pendidikan online berbayar, mengambil kesempatan ini untuk beriklan.
2. Pembuatan Konten Yang Lebih Berempati
Karena bisnis-bisnis tidak bisa secara langsung bertemu dengan pelanggan, mereka terpaksa untuk belajar mengembangkan keterlibatan audiens (audience engagement) dalam marketing media sosial organik. Mereka yang membuat konten promosional namun tidak peka terhadap kondisi terkini, cenderung tidak dihargai oleh pengguna medsos. Namun konten yang beradaptasi dengan perasaan orang-orang akan mendapatkan banyak perhatian.
Contoh yang baik adalah postingan Instagram dari Nike pada tanggal 21 Maret, yaitu pesan yang memberikan semangat agar orang-orang turut mengikuti nasihat pemerintah untuk melakukan karantina diri. ?Play inside, play for the world? adalah ungkapan yang bermakna, relevan terhadap merek Nike dan juga situasi pada saat itu. Meskipun acara olahraga dibatalkan, audiens masih bisa berolahraga di rumah demi keamanan bersama.
3. Lebih Berhati-Hati Dalam Berdialog Soal COVID-19
Sejak Maret 2020, Youtube memperlakukan demonetisasi konten yang menyebut istilah coronavirus dan panggilan lainnya dalam upaya melawan hoaks dan kesalahpahaman. Facebook juga menghapus postingan yang menyesatkan atau membahayakan orang terkait virus corona. Platform medsos terbesar ini memberi tautan menuju WHO.int kepada orang-orang yang pernah berinteraksi dengan postingan-postingan tersebut.
Namun, platform-platform medsos untuk saat ini tidak memberi penalti kepada konten-konten yang tidak secara langsung berkaitan dengan virus korona, seperti tips kebiasaan higienis, social distancing dan kata-kata yang memberikan semangat.
Pemasar yang tidak ingin mengambil resiko menyebar informasi yang tidak tepat dapat belajar untuk membuat konten yang berempati terhadap pemirsanya tanpa menyebutkan konsep-konsep yang terlalu asing, sulit diketahui dan menakutkan, karena virus dan dampaknya sungguh belum dapat dipahami sepenuhnya sampai sekarang.
4. Influencer Marketing Tidak Sepopuler Biasanya
Ada pentingnya untuk membedakan antara pemimpin keahlian (thought leader) dan selebriti online. Pemimpin keahlian adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan dalam pada bidangnya, dan menawarkan konten yang mendidik, namun memang ada beberapa selebriti online yang berkelakuan seperti ini juga.
Dua-duanya diberikan istilah influencer dan berperan dalam influencer marketing. Kali ini para pebisnis sedang tidak ingin berkolaborasi dengan para influencer, terutama selebriti online. Ini tidak berarti bahwa influencer marketing sudah berakhir, namun dapat dilihat dari tren ini bahwa afiliasi dengan influencer lebih sering terjadi ketika kondisi ekonomi lebih stabil, yakni di mana bisnis-bisnis dapat menjual produk dengan mudah.
influencer marketing
Untuk para influencer dari latar belakang manapun, agar usaha mereka tetap bertahan setelah pandemi, ada baiknya jika mereka meningkatkan brand equity mereka dengan cara memberikan konten positif, seperti yang memberi semangat dan edukatif. Sepertinya ini juga berlaku untuk semua bisnis, karena membangun kepercayaan dan rasa suka dari audiens penting sekali.
5. Banyak Bereksperimen Dengan Live Streaming
Ketika video conference menjadi sesuatu yang lazim digunakan, para pebisnis mendapatkan kesempatan untuk menyajikan konten yang lebih berkualitas dengan cara mengundang ahli industri (semacam influencer) untuk membagi ilmu yang akan sangat berguna bagi pemirsa.
Bedanya dengan influencer marketing, sesi berbagi ilmu dan tanya jawab dari live streaming cenderung merupakan bentuk kolaborasi sukarela, di mana influencer tersebut akan terpapar dengan followers baru, dan ini menguntungkan bagi kedua pihak.
Saat ini industri pariwisata dan perhotelan dapat menggunakan kekuatan live streaming untuk menarik perhatian dan meningkatkan keterlibatan pemirsa. Hal ini sebagai upaya agar pemirsa lebih tertarik untuk mengunjungi atraksi yang ditawarkan, ketika kondisi sudah aman untuk berlibur dan berjalan-jalan.
Contoh yang baik adalah live streaming dari Bali Safari Park di Instagram dan Facebook. Untuk Bali Safari Park, live streaming terlihat sebagai upaya pemasaran untuk jangka pendek saat ini. Namun hasilnya sangat baik karena live streaming menarik perhatian, memberi edukasi dan juga melibatkan audiens. Ini akan memberi mereka dorongan untuk mengunjungi taman safari ini di masa depan.
Keuntungan dari live streaming sudah dinikmati oleh bisnis-bisnis pada sektor lainnya juga, dan teknik pemasaran ini kemungkinan besar akan sering digunakan dalam masa pasca-pandemi.
Trend marketing media sosial yang tidak akan berubah di masa mendatang
Saat ini kita mendekati pertengahan tahun di mana beberapa negara sudah mengklaim bahwa kasus baru penyakit COVID-19 di wilayah mereka berada di kisaran angka nol. Kegiatan usaha dapat dilanjutkan pada beberapa sektor, kecuali pariwisata internasional. Inilah prakiraan trend marketing media sosial di masa depan yang mendekat:
1. Influencer Marketing Yang Lebih Berkualitas
Kami sudah menyebut bahwa pandemi ini bukanlah cerita akhir dari influencer marketing, dan ini akan menjadi pilihan yang baik ketika ekonomi pulih.
Pada akhir tahun 2019, Instagram bereksperimen dengan menyembunyikan angka Likes pada setiap postingan. Ini memberikan beberapa dampak positif: 1) meringankan beban pikiran bagi anak remaja dan orang muda yang mencari validasi dengan jumlah Likes, 2) menjauhkan influencer palsu, dan 3) mendorong branding yang lebih baik.
Instagram tidak menerkam industri influencer, meskipun bisa disebut mengalihkan anggaran pemasaran yang bisa dipakai untuk iklan berbayar. Justru platform ini mencoba untuk meruntuhkan kekuatan sistem influencer palsu yang hanya memiliki tingkat likes dan followers yang tinggi, tetapi tidak berkontribusi terhadap komunitas media sosial.
Gerakan strategis ini membantu thought leaders yang sudah bekerja keras memberikan dampak yang baik dan nyata kepada komunitas followers-nya. Karena Likes dan followers dapat dibeli oleh para influencer palsu, ini dapat menjadi perangkap berbahaya bagi para pebisnis yang hanya mengukur KPI berdasarkan vanity metrics seperti likes, follower, share dan sekian lainnya.
Influencer marketing yang lebih berkualitas akan mendorong bisnis-bisnis untuk melihat KPI berdasarkan metrik yang berhubungan langsung dengan konversi, seperti kunjungan profil, kunjungan website, kontak, dan eksplorasi halaman produk.
2. Virtual Reality Dan Augmented Reality (VR/AR)
Pada tahun 2017, Google meluncurkan Google Lens untuk mendorong kemampuan pencarian secara visual (visual search). Snapchat dan Instagram juga sering bereksperimen dengan augmented reality (yang mereka sebut sebagai ?filter?), dan sekarang perangkat sudah teroptimasi untuk teknologi VR/AR.
Di masa depan yang mendekat, konten akan lebih interaktif berkat fitur VR/AR yang gratis dan mudah digunakan dalam platform media sosial. Software pihak ketiga juga dirancang untuk membuat elemen AR yang bisa dibuat oleh para pengguna.
Untuk sekarang, VR/AR elemen yang terdapat pada postingan digunakan untuk penambahan kreativitas, untuk menarik perhatian pemirsa dengan hal yang baru. Ini sangat efektif untuk menarik keterlibatan, namun karena ini masih termasuk teknologi baru.
3. Live Streaming Akan Tetap ?Live?
Seperti yang sudah dinyatakan, pandemi membuat penyiaran video live menjadi hal yang normal, dan membuat kebiasaan baru bagi pengguna media sosial untuk menonton live streaming.
Ini adalah kesempatan yang baik bagi para pemasar yang ingin meningkatkan daya tarik dan keterlibatan, ketika brand awareness sudah mapan. Dapat dikatakan bahwa live streaming adalah tahap efektif yang berupa kelanjutan dari periklanan dan kampanye brand awareness.
Perlu diperhatikan bahwa live streaming seharusnya bukan dimaksud untuk beriklan karena pemirsa yang terlibat sudah tertarik dengan merek itu dari awal. Konten seharusnya dimaksud untuk berbagi ilmu dan membangun komunitas orang-orang yang berpendapat yang sama.
4. Aksesibilitas Lebih Terfokus
Platform media sosial berusaha untuk membantu orang-orang dengan gangguan penglihatan atau pendengaran. Youtube adalah salah satu pemain terbesar dalam pergerakan ini. Dimiliki oleh Google, algoritma mesin pencari Youtube mengikuti jalur yang mirip dengan Google.
Youtube akan menghargai video dengan teks atau subtitle yang dibuat secara manual. Ini selaras dengan Google yang akan memeringkat halaman web yang dioptimalkan untuk software pembaca layar. Facebook, Instagram, dan Twitter memiliki fitur di mana pengguna dapat memasukkan teks alternatif untuk gambar dan video. Meskipun fitur ini sudah ada sejak lama, pengguna cenderung mengabaikannya.
Faktanya, alt teks sangat dianjurkan untuk meningkatkan SEO platform. Terlepas dari Youtube, sebagian besar pencarian media sosial tidak fokus pada kata kunci, namun algoritma yang menyerupai algoritma SEO masih memainkan peran dalam menentukan konten mana yang akan ditampilkan pada panel hasil pencarian.
5. Podcasts On Youtube?
Meskipun Youtube adalah platform untuk berbagi video, kita tidak jarang menemukan musik dan podcast di Youtube. Platform itu sendiri menyediakan tambahan navigasi visual yang memungkinkan pemirsa untuk melompat ke bagian tertentu dalam konten audio.
Pengguna Youtube Premium dapat menikmati streaming podcast, diputar di latar belakang, dan tanpa harus mendengarkan iklan. Sudah ada 20 juta pelanggan Youtube Premium, yang berarti pemasar yang membuat konten dalam bentuk podcast dapat memperoleh pangsa pendengar yang baik.
Meskipun layanan ini telah ada sejak 2018, platform memanfaatkan kondisi di mana konsumsi konten meningkat selama masa pandemi dan karantina. Youtube berupaya untuk bersaing dengan layanan streaming lainnya, dan akibatnya, pengguna Youtube Premium tetap meningkat tahun ini.
Trend apa lagi yang akan tampil selanjutnya?
Lapangan digital marketing sangat dinamis, dan perubahan dapat dipercepat dengan adanya krisis global seperti pandemi coronavirus. Namun prinsip dasar pemasaran tetap sama.
Pemasaran adalah bidang yang sangat psikologis, dan rupanya tujuan dari setiap pemasar adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan membangun kepercayaan untuk jangka waktu lama. Cara spesifiknya bagaimana pemasar melakukan ini tergantung dengan teknologi yang ada.
Majalah dan koran pada awalnya merupakan media untuk mengiklankan solusi bagi pertanyaan-pertanyaan pembaca, dan kepercayaan kepada merek dibangun oleh kualitas produk.
Lalu penemuan Web memungkinkan pemasar untuk menargetkan target pasar secara spesifik. Mereka memberi jawaban tentang permasalahan pengguna melalui artikel blog dan membangun kepercayaan melalui keberadaan online yang andal.
Perkembangan media sosial memungkinkan pemasar untuk menyediakan konten yang berkualitas dan mendidik, dan untuk menyesuaikan konten yang bergema dengan audiens mereka. Pemasaran media sosial memungkinkan upaya membangun komunitas dari nol, dan menggerakan roda siklus interaksi antara pelanggan dan merek yang positif.
Garis pembatas antara merek dan pelanggan mulai menipis, dan di masa depan, trend yang mengarah terhadap personalisasi pengalaman pengguna akan berbenturan dengan isu privasi. Namun inilah isu yang bisa dibahas di lain waktu.
Optimalkan strategi pemasaran Anda dengan Juicebox
Segera tingkatkan visibilitas bisnis anda di dunia digital dengan jasa digital marketing yang terpercaya seperti Juicebox. Juicebox adalah agensi digital marketing yang berbasis di Jakarta dan Bali. Island media menyediakan berbagai jasa digital marketing seperti jasa SEO (Search Engine Optimization), jasa Search Ads seperti Google Ads, jasa sosial media ads seperti Facebook Ads, sampai jasa copywriting seperti jasa pembuatan artikel. Hubungi kami untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan ahli digital marketing.